Sitinjausumbarnews.com - Sukses menggelar bedah buku Kembara Penyair Ikhtisas (KPI) Indonesia - Malaysia di Taman Ismail Marzuki Jakarta Jumat (16/6), DPD SatuPena Provinsi Sumatera Barat kembali menggelar bedah buku tersebut di aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Selasa (20/6/2023). Tampil dua akademisi membedah buku Kembara Penyair Ikhtisas itu masing-masing, Dosen Universitas Andalas Padang Dra. Armini Arbain, M.Hum dan Dosen Universitas Bung Hatta Dr. Endut Ahadiat, M.Hum.
Kepala
Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Syaifullah saat pembukaan menyampaikan
apresiasi kegiatan bedah buku Kembara
Penyair Ikhtisas ini. Bedah buku tentu memberikan pencerahan kepada pembaca
dan peserta bahwa ternyata puisi yang ditulis dalam buku ini berasal dari dua negara,
Indonesia dan Malaysia. “Alhamdulillah, salah seorang penulisnya dari Malaysia
datang pada bedah buku ini,” kata Syaifullah.
Ketua
DPD SatuPena Sumatera Barat Sastri Bakry menyampaikan bedah buku KPI ini
beberapa hari lalu sudah diselenggarakan di Jakarta dengan meriah. Selain pembahasan
terhadap buku oleh dua narasumber, juga pembacaan puisi oleh para penyair terkenal
di Jakarta, termasuk Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri. “Alhamdulillah,
penyelenggaraan bedah buku di Padang ini juga meriah dengan banyaknya peserta,”
kata Sastri yang berulang tahun ke-65 tahun.
Ketua
Panitia Bedah Buku KPI Yurnaldi melaporkan, selain bedah buku, juga pembacaan
puisi oleh salah seorang penulis buku KPI Prof. Hashim Yacoob dari Malaysia, Kepala
UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Leksi Hedrifa, S.Kom, M.Si, dan Wakil
Sekretaris DPP SatuPena Indonesia Swary Utami Dewi.
“Penulis puisi dalam buku KPI masing-masing Sastri
Bakry dan Zakaria Alba Bransah (Indonesia), Tan Sri Dato’ Sri Hamad Kama Piah bin Che
Othman, Dato’ Seri Zaini Ujang, Dato’ Dr
Hj Mohd Radzuan bin Hj Ibrahim, Profesor Datuk Dr. Mohamed Hatta bin Shaharom, Kepten
TLDM (B) Dato Profesor Emeritus Dr Hashim Yaacob (Malaysia). Peserta yang mendaftar melalui google form
mencapai lebih dari 120 orang. Diskusi bedah buku dipandu Sekretaris DPD
Satupena Sumbar Armaidi Tanjung,” kata Yurnaldi, penulis sejumlah buku
jurnalistik dan kewartawanan ini.
Pembedah
Armini Arbain menyebutkan, buku Kembara
Penyair Ikhtisas ini menarik dibedah. Kembara bisa berarti perantauan,
pengembaraan. Perantauan atau pengembaraan disini bukan dalam arti fisik,
melainkan pikiran. Bagaimana pengembaraan pikiran dari penulisnya sehingga
menghasilkan puisi.
“Sedangkan
ikhtisas adalah profesi, pekerjaan seseorang. Artinya, penulis puisi dalam buku
KPI ini adalah orang-orang professional di bidangnya masing-masing. Tidak murni
sebagai penyair saja. Mereka orang profesinal, kemudian menuliskan puisi dari
kesehariannya di bidang masing-masing. Tidak heran penulisnya ada yang
akademisi, birokrat, pengacara dan sebagainya,” kata Armini.
Ditambahkan
Armini, dari buku KPI ini, menunjukkan bahwa apa pun profesi seseorang bisa
menulis puisi dan menghasilkan karya. Masalahnya memang tidak bisa membuat
puisi tanpa memahami bahasa dengan baik. Karena itu, memahami bahasa dengan
baik adalah penting dalam proses melahirkan puisi.
Sedangkan
Endut Ahadiat menyebutkan, ada beberapa alasan menulis puisi. Diantaranya mengekspresikan
diri. Siapa pun yang ingin mengekspresikan dirinya, bisa menulis puisi. Sehingga
berbagai profesi seseorang, bisa menulis puisi. “Beberapa waktu lalu ada buku
kumpulan puisi yang ditulis para dokter. Dokter menulis puisi, kemudian
dikumpulkan dan terbitlah buku puisi yang ditulis para dokter. Puisi juga
menunjukkan sejauhmana pemahaman kita terhadap bahasa,” kata Endut menambahkan. (002)