Sitinjausumbarnews.com—Mahasiswa Baru (Maba) harus belajar dan terus belajar, menjadi pribadi yang unggul, berkarakter dan kompetitif serta berada di garda terdepan dalam moderasi beragama.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Subdirektorat Ketenagaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Ditjen Pendidikan Islam, Kemenag RI, Ruchman Basori saat menggembleng mahasiswa baru di acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) IAIN Kediri, pada Rabu (23/08) di Gedung Sport Center.
Dihadapan ribuan mahasiswa baru, Ruchman menyampaikan tiga hal utama terkait dengan dunia kemahasiswaan, moderasi beragama dan Beasiswa Indonesia Bangkit (BUB) Kemenag.
Aktivis Mahasiswa era 98 ini menyampaikan tiga masalah yang dihadapi Indonesia saat ini. Pertama, munculnya kelompok yang mempertanyakan konsensus nasional. Mereka ingin mengubah dasar negara Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika, yang telah dirumuskan the founding bangs aini dengan ideologi lain.
Masalah yang kedua lanjut Ruchman adalah kelompok yang merasa dirinya sebagai orang yang paling benar (truth claim Keagamaan). Ketiga adalah kelompok silent majority, kelompok besar yang memilih diam. Mereka adalah kategori orang-orang yang tidak peduli ketika ideologi negara terancam, ujaran kebencian merajalela dan lain sebagainya.
“Jangan rela negara kita diinjak-injak, di rongrong, di pecah belah atas nama agama oleh kelompok-kelompok yang intoleran dan radikal,” seru Ruchman dihadapan Maba yang rata-rata keompok millenial.
Alumni IAIN Walisongo ini mengajak seluruh mahasiswa baru untuk berada di garda terdepan mempertahankan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945. “Kalian adalah kekuatan Indonesia sebagai lapisan intelektual yang paham agama sekaligus paham keindonesiaan dengan wajahnya yang moderat”, tegas Ruchman.
Ruchman juga mengingatkan agar mahasiswa mampu manjawab tantangan era revolusi 4.0 yang ditandai dengan majunya teknologi informasi, komunikasi. Pada saat yang lain juga muncul fenomena era disrupsi (kektidakpstian), juga menimbulkan fenomena matinya kepakaran (the death of expertice).
“Mahasiswa IAIN harus kembali ke khittoh menjadikan ulama dan dosennya sebagai orang yang ahli di bidang agama bukan malah percaya kepada mbah geoogle”, kelakar Ruchman.
Pilihan Anda studi pada IAIN Kediri sudah tepat menurut Aktivis ‘98 ini. “Kampus ini mempunyai Rumah Moderasi Beragama yang ingin mencetak kader-kader yang inklusif, toleran, dan damai dalam bingkai NKRI”, ujarnya.
Tidak lupa Ruchman meminta kepada para mahasiswa baru untuk menjadi aktivis mahasiswa agar dirinya tertempa, matang intelektual, mental dan menjadi pribadi yang berkarakter.
Ketua Project Management Unit Beasiswa Indonesia Bangkit (PMU-BIB) Kemenag RI ini juga meminta agar mahasiswa memanfaatkan Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) yang merupakan beasiswa kolaborasi antara LPDP-Kemenag. “Nanti di semester III ikut program MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) ke luar negeri, yang akan dihargai setara 20 SKS”, terang Ruchman.
“Jangan lama-lama kuliah di IAIN Kediri segera lanjutkan studi S2 dan S3 melalui BIB Kemenag RI Syukur bisa mengambil studi di PT terbaik di luar negeri”, harap Ruchman. (Humas IAIN Kediri/Zuhrufi Latifah/Ropingi/RB)