Sitinjausumbarnews.com - Tingginya pertambahan pasien HIV/AIDS dari tahun ke tahun, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Padang Pariaman meluncurkan inovasi Sayonara. Yakni sayang ODHA/ODHIV hidup jadi berwarna. ODHA sendiri berarti orang dengan HID/AIDS, dan ODVIV orang dengan HIV.
Demikian
diungkapkan Kepala RSUD Padang Pariaman dr. Jasneli MARS, Rabu (25/10/2023) di
RSUD Padang Pariaman. Menurut Jasneli yang didampingi pengelola Klinik VCT dr.
Emil Martha Yumichi, inovasi Sayonara melayani pasien terinfeksi HIV agar
mereka minum obat ARV sampai pasien wafat. Obat ARV dapat menekan virus HIV
agar tidak berkembang dan menular. Selain itu, juga mengingatkan pasien tidak
lagi berhubungan seks bebas dengan orang lain karena dapat menular virus HIV.
“Tahun 2021 ada
13 pasien yang terinfeksi HIV. Tahun 2022 meningkat menjadi 20 orang. Angka ini
melonjak tajam menjadi 53 orang di tahun 2023 ini,” kata dr. Emil Martha Yumichi, peraih juara II dokter teladan Sumatera Barat
tahun 2023.
Dikatakan Emil,
melonjaknya pasien terinfeksi HIV ini, menunjukkan semakin masifnya perilaku
seksual menyimpang dan bebas di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.
“Umur pasien yang terinfeksi HIV berkisar 15 hingga 24 tahun. Sedangkan pasien
baru bisa dideteksi apakah terinfeksi HIV setelah 5 hingga 10 tahun berhubungan
seks dengan mereka yang sudah terinfeksi HIV,” kata dr. Emil Martha.
Sebanyak 80
persen pasien HIV ini terjangkit akibat perilaku homoseksual, laki-laki
berhubungan seks dengan laki-laki. Mereka melakukan hubungan seks dengan anal
seks, yang juga diistilah LSL, laki-laki suka laki-laki, kata dr. Emil.
Dikatakan Emil,
dari satu orang pasien HIV yang memeriksa kesehatannya ke rumah sakit, berarti
ada 20 hingga 50 orang lainnya yang pernah berhubungan seks bebas dengannya.
Mereka belum melaporkan/memeriksa kesehatan karena belum merasakan gejala
kesehatan tertentu. Setelah 5 hingga 10 tahun kemudian, mereka mulai terdeteksi
virus HIV. Untuk memudahkan komunikasi dan mencegah mereka untuk tidak
melakukan hubungan seks bebas dengan pasangan baru, kita membentuk kelompok
dukungan bersama (KDS) sesama pasien. Sehingga mereka di dalam KDS bisa saling
mengingatkan teman-temannya untuk terus meminum obat dan mengurangi berhubungan
seks yang menyimpang.
Para homoseksual ini juga memiliki
aplikasi yang bernama walla. Informasi dari pasien, di aplikasi
tersebut, mereka berkomunikasi dan menyatakan dirinya untuk berhubungan seks
dengan sandi Top (T) dan Bottom (B). Top yang berperan sebagai laki-laki,
sedangkan bottom berperan sebagai perempuan. Sedangkan istilah vers, mereka
bisa berperan keduanya, T atau B.
Sekretaris Forum Kabupaten Sehat (FKS) Kabupaten Padang Pariaman Armaidi Tanjung menyatakan sangat prihatin dengan peningkatan pasien HIV tersebut di Padang Pariaman. Perilaku seks menyimpang, hubungan seksual sesama jenis yang menjadi penyebab terbesar terinfeksi HIV sangat jelas merupakan perilaku tidak sehat. “Hubungan seks selain dengan pasangan resmi melalui pernikahan, maka perilaku tersebut tidaklah sehat. Karena itu harus dijauh agar tidak tertular penyakit HIV dan penyakit kelamin lainnya. Hubungan seks diluar pasangan resmi juga dilarang keras oleh agama,” kata Armaidi. (02)