Sitinjausumbarnews.com – DPD SatuPena Sumatera Barat mengapresiasi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman yang mendorong minat siswanya untuk terus menulis dan membaca buku. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (Gelisah), SMKN 1 Enam Lingkung diharapkan siswanya semakin termotivasi dalam kegiatan menulis dan membaca.
Demikian
diungkapkan Sekretaris DPD SatuPena Sumatera Barat Armaidi Tanjung, dihadapan
siswa/siswi dan majelis guru SMKN 1 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman,
Senin (9/10/2023) usai upacara bendera di halaman sekolah tersebut. Kedatangan
Armaidi memberikan sumbangan buku dari DPD SatuPena Sumatera Barat kepada
Perpustakaan SMKN 1 Enam Lingkung yang diterima Wakil Kepala Sekolah bidang
Kesiswaan Pramudia Ayuni, S.Pd. Selain itu juga memberikan hadiah buku kepada Dini
Aulia Putri (kelas 11 MPLB2) yang meraih juara umum pada lomba menulis artikel
yang diselenggarakan SMKN 1 Enam Lingkung dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78 lalu.
Menurut
Armaidi, menulis surat perlu digalakkan lagi di kalangan siswa agar terasah kemampuan menulisnya dengan baik. Dari
menulis tersebut, siswa terbiasa mengungkapkan pemikiran dan perasaan ke dalam
bentuk tulisan. Jika pemikiran dan perasaannya tersebut ditulis, maka orang
lain bisa mengetahui bagaimana pemikiran seseorang terhadap sesuatu yang ada
dalam kehidupan ini.
“Banyak
pemikiran dan gagasan orang-orang hebat masa lalu diketahui karena ada
meninggalkan tulisan. Mereka yang tidak menulis atau tidak ditulis, maka hilang
di tengah masyarakat dan sejarah kehidupan. Sebaliknya, betapa banyak pemikir
dan tokoh masa lalu yang menulis atau
ditulis orang lain, yang hari ini masih di kenang sejarah. Karena itu, sejak
dini siswa/siswi di lembaga pendidikan harus dipupuk agar memiliki kemapuan
menulis yang baik,” kata Armaidi, yang juga wartawan utama ini.
Wakil
Kepala SMKN 1 Enam Lingkung bidang kurikulum Fatmawati, S.Pd, menambahkan,
dengan adanya Gelisah (Gerakan Literasi Sekolah) ini, maka pemberian punishment
(hukuman) kepada siswa diganti. Kalau dulu siswa yang melanggar peraturan,
misalnya terlambat masuk kelas, diberi hukuman olahraga fisik, membersihkan
tempat tertentu. Tapi sekarang siswa melanggar peraturan disuruh menulis apa
yang dirasakannya, kenapa melanggar peraturan, apa yang ada dalam pikiran
sianak terhadap hal tertentu.
“Ternyata
ada anak yang menulis terlambat datang ke sekolah karena tidak dibangunkan
orangtua. Atau ada cerita lain. Surat yang ditulis tadi, bisa disimpan dan
ketika ada pemanggilan terhadap orangtua siswa, tinggal lagi mencocokkan.
Apakah benar hari itu anak tidak dibangunkan?” kata Fatmawati.
Sanksi
menulis surat ini mendorong anak-anak untuk terbiasa menulis. Selama ini tidak
ada cara yang tepat digunakan untuk siswa agar mereka bisa menulis. biarkan
saja mereka kesal awalnya, tapi kemudian mudah-mudahan mereka paham kenapa
pentingnya menulis bagi siswa/siswi SMKN 1 Enam Lingkung, kata Fatmawati.