Sitinjausumbarnews.com
—Inspektur Wilayah II Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Ruchman Basori berhasil mempertahankan disertasinya pada Sidang Promosi Doktor Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan judul: Inovasi Managemen Perubahan Pada Sistem Pendidikan Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang di Era Modern.
Ruchman diganjar dengan predikat Sangat Memuaskan dan mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari segenap penguji. Selain itu, Promovendus juga dinyatakan lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3.91.
Ruchman Basori yang juga Alumni S1 dan S2 UIN Walisongo dalam paparanya menguraikan secara mendalam temuan hasil penelitianya dengan menyempurnakan teori ADKAR Plus (Awareness, Desire, Knowledge, Ability dan Reinforcement) dan Culture.
“Pesantren API Tegalrejo menjadi best practice pesantren Salaf yang berhasil beradaptasi dengan perkembangan dunia saat ini, yang mampy merespon kebutuhan masyarakat dengan memberikan kebaharuan pelayanan multi-bidang”, lanjut Ruchman.
Layanan yang dimaksud, kata Mantan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor ini, antara lain: Pendidikan Formal melalui sekolah sejak Tingkat Dasar hingga Perguruan Tinggi, Layanan Kesehatan melalui Rumah Sakit dan Klinik, Layanan Ekonomi melalui BMT dan Bank Wakaf, Layanan Pengembangan SDM melalui pesantren entepreuner, LPK dan BLK.’
“Yang menarik adalah karakteristik dan kearifan tradisi salaf tidak berubah dan diinternalisasi dengan baik dalam menjalankan pelbagai inovasi”, terang Mantan Ketua I Senat Mahasiswa IAIN 1998-1999.
Nilai-nilai Salaf, lanjut Ruchman tetap bertahan dan menjadi ruh atau spirit dalam menjalankan inovasi perubahan di pesantren pada API Tegalrejo. “API Tegalrejo telah menginspirasi pesantren salafiyah lainnya, jika ingin melakukan perubahan, namun tetap mempertahankan nilai dan tradisi kesalafiyahannya”, kata Ruchman dihadapan 8 penguji desertasi.
Para penguji, terdiri dari Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum (Direktur SPs UNNES dan Ketua Penguji), Prof. Dr. Wasino, M.Hum (Sekretaris Penguji), Prof. Dr. Nasrun, M.S (Anggota Penguj I), Prof. Dr. Amin Pujiati, S.E, M.Si (Anggota Penguji II), Prof. Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd (Anggota Penguji III), Prof. Dr. Arief Yulianto, S.E, MM (Anggota Penguji IV), Dr. Titi Prihatin, M.Pd (Anggota Penguji V) dan Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd (Promotor dan Anggota Penguji VI).
Direktur Sekolah Pascasarjana UNNES Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum memberikan apresiasi atas temuan disertasi promovendus. Menurutnya, kebaharuan teoretik yang dirumuskan dari teori ADKAR dan menyempurnakanya dengan aspek kultur pesantren adalah hal yang penting.
“Inovasi tidak boleh abai dengan akar budaya masyarakat pesantren, dan bahkan menjadi nilai dasar selain otoritas sumber pedoman keagamaan”, tandas Fathur.
Fathur memuji Promovendus dengan mengatakan “Promovendus memberikan tawaran menarik dan solutif khususnya bagi dunia pesantren melalui CADKAR (Culture, Awareness, Desire, Knowledge, Ability dan Reinforcement), sehingga pesantren salaf tetap mampu berinovasi dan adaptif dengan kemajuan zaman.
Senada dengan Direktur SPs UNNES, Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd selaku promotor juga memberikan apresiasi atas capaian mahasiswa bimbinganya. “Temuan ini mampu menjadi inspirasi bagi segenap stakeholder pengelola pesantren untuk menegaskan reposisi pesantren sebagai model pendidikan indigenous yang mampu bersaing dan memenuhi kebutuhan Masyarakat”, kata Prof. Tri.
Tri Joko menandaskan pesantren tidak hanya produsen agamawan, melainkan ilmuan berbagai bidang keahlian yang memiliki kekuatan spiritualitas. “Kekuatan tradisi dan kearifan lokal pesantren dapat menjadi rujukan dalam membentuk generasi bangsa memiliki akhlakul karimah”, harap Prof. Tri
Dalam pesan dan kesan Prof. Dr. H. Muksin Jamil, M.Ag sebagai senior dan pejabat di UIN Walisongo mengatakan promovendus yang sejak lama berkarir di Kementerian Agama dan pernah menjabat pada beberapa posisi penting bidang pendidikan keagamaan dan pesantren telah banyak berkontribusi dalam mendesain kebijakan pengembangannya.
Mukhsin berharap riset desertasi ini diharapkan dapat memberikan dampak signikan dalam perbaikan tata kelola Pendidikan Islam dan Pesantren. “Tentu bukan sekedar atribusi gelar. lebih dari itu, kiprah Mas Ruchman membangun pendidikan Islam melalui pelbagai peranya di Kemenag menjadi bukti dan rekognisi capaian kepakaran dan prestasinya”, pungkasnya.
Nampak hadir diantara deretan pengunjung adalah Rektor UIN KH. Abdurrahman Wahid Prof. Zaenal Mustaqim, M.A, Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. Abdurrahman Kasdi, Lc., M.A, Ketua STAIN Mandailing Natal Sumut Prof. Sumper Mulia Harahap, Lc., M.A, Rektor Universitas Wahid Hasyim Semarang Prof. Dr. Mudzakir Ali, M.A, para kolega dan sahabat pada UIN Walisongo, Unwahas, PMII, GP Ansor dan juga Kementerian Agama.(Andi Hakim).