Para Climbers di Tanah Suci

0


Oleh: Ruchman Basori (Pemantau Haji 2024 dan Inspektur Wilayah II, Itjen Kemenag RI)

Penyelenggaraan haji bukan kegiatan biasa. Ada banyak hal yang harus ditangani dengan cara extra ordinary. Melibatkan para pihak, tidak saja Kementerian Agama yang secara regulatif memang diberikan mandat sebagai pelaksana tugas nasional ini.

Hal itu disadari betul oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qaumas (Gus Men) dan segenap jajarannya. Tantangan yang dihadapi di tahun ini, bisa saja sesuatu yang sama sekali baru, yang tidak terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Baik terkait dengan transportrasi, akomodasi, konsumsi, kesehatan, kinerja petugas, komunikasi dengan masyariq, serta beragam tantangan lainnya.

Dari pengamatan penulis, yang baru pertama kali menjadi pemantau haji, setidaknya ada dua isu yang relatif baru, dalam penyelenggaraan haji 2024. Pertama, soal pemberlakuan kartu nusuk bagi jemaah haji untuk memasuki Arafah. Kedua, tentang murur bagi jemaah dengan risiko tinggi (risti), lanjut usia (lansia), difabel, jemaah dengan kursi roda, dan para pendamping mereka. Dengan skema murur, jemaah tidak harus turun dan diam di muzdalifah tetapi cukup melintas dengan kendaraan di Muzdalifah, lalu menuju Mina.

Dua hal ini telah dibahas bersama dalam serangkaian rapat koordinasi, termasuk pada Rapat dengan Timwas (Tim Pengawas) DPR terkait persiapan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina), Selasa (12/6) di Hotel 601 Makkah. Rapat dihadiri Gus Men Yaqut Cholil Qoumas, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief, Sekjen Kemenag Muhammad Ali Ramdhani, dan para aktor penting pada Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).

Hadir dari Tim Pengawas, pimpinan DPR Lodewijk Freidrich Paulus, Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi, serta Wakil Ketua Komisi VIII DPR, yakni Marwan Dasopang, Ace Hasan Syadzily, Abdul Wahid, dan Diah Pitaloka.

Gus Men meminta dengan sangat kepada PPIH untuk menyiapkan mitigasi yang baik atas dua tantangan tersebut. “Pastikan para jemaah dan petugas telah memiliki kartu nusuk dan bagaimana melakukan mitigasi kalau ada masalah-masalah terkait,” demikian pesan serius Gus Men.

Gus Men juga minta agar pelaksanaan murur bagi jemaah risti, lansia, difabel, berkursi roda, berikut para pendampingnya, disiapkan secara matang, baik dari aspek kajian hukum fiqih, hingga manajemen dan tata kelola serta mitigasi potensi masalahnya.


Para Climbers

Banyak literatur yang membahas bagaimana seseorang menghadapi tantangan kehidupan. Paul G. Stoltz, menjelaskan bahwa ada tiga tipe kepribadian orang jika sedang menghadapi permasalahan, yaitu quitter, climber, dan camper.

Pertama, Quitters; yaitu tipe orang yang mudah menyerah, mudah keluar atau berhenti ketika menghadapi suatu masalah. Seorang Quitter mempunyai ciri-ciri seperti tidak ambisius dan pasif, menolak kesempatan yang berdampak baik, menghindari tantangan dan kewajiban, dan suka mengeluh dan menyalahkan kondisi.

Kedua, Campers; yaitu tipe orang yang cenderung mudah puas dengan keadaannya sekarang. Namun, mereka masih mau mencoba dan memiliki motivasi untuk berjuang. Tipe kepribadian Campers memiliki ciri-ciri menolak kesempatan yang berdampak baik, mudah merasa puas dan nyaman, melepaskan kesempatan yang dapat membuatnya maju dan berkembang.

Ketiga, Climbers. Orang dengan tipe ini, selalu pantang menyerah ketika menghadapi tantangan kehidupan. Mereka cenderung tidak mudah menyerah, optimis dan mempunyai motivasi yang tinggi.

Para Climbers memiliki ciri-ciri kepribadian seperti memiliki motivasi yang tinggi, terbuka untuk setiap peluang, menyukai tantangan dan hal-hal baru, dan tidak mudah mengeluh dan putus asa. Suasana orang-orang dengan tipe tersebut terlihat di Tanah Suci, dalam melayani Dluyufur-rahman.

Saya melihat para Petugas Haji 2024 adalah para Climbers di Tanah Suci. Profil orang-orang pekerja keras, tangguh, pantang menyerah dan selalu mencari solusi atas masalah-masalah yang muncul dengan sangat cepat. Karena ending dari pada penyelenggaraan haji adalah kepuasaan jemaah dengan indikasi bisa beribadah dengan baik dan khusyu’.

Para Climbers Haji adalah seorang yang dedicated. Telah mewakafkan dirinya untuk kepentingan jemaah. Bukan berorientasi pada hal-hal yang sifatnya material, tetapi berorientasi pada hal-hal yang sifatnya theosentris.

Para Climbers mewujud sebagai sosok petugas transportasi yang melayani kelancaran transportasi. Berpanas-panasan di terminal Syed Amir dan Jisyah, membantu menaikan dan menurunkan Jemaah untuk beribadah di Masjidil Haram atau bahkan saat pendorongan Jemaah dari bandara ke hotel di Madinah dan lalu ke Makkah.

Dalam sosoknya sebagai petugas akomodasi, para Climber tampil sebagai pribadi yang sabar. Membagi kamar, mengantarkan Jemaah ke kamar-kamar, mengontrol ketersediaan air, tempat mandi cuci dan lain sebagainya. Kadang mereka harus menggendong jemaah Lansia dan Berkebutuhan Khusus.

Para Climbers juga muncul dalam sosoknya sebagai petugas pelayanan konsumsi, pembimbing ibadah, psikolog dan tenaga kesehatan yang tak kalah sibuknya. Mereka juga mewujud dalam sosoknya sebagai Tim Pemantau Haji dan Tim Monitoring dan Evaluasi Haji. Saya menyaksikan dengan cara saksama, para Climbers itu berjuang dan berkorban melayani jemaah. Tidur hanya dua tiga jam dan bangun pagi untuk melakukan pelayanan prima.

Para Climbers di Tanah Suci layaknya orang-orang yang berjihad di jalan Allah. Mereka meninggalkan sanak keluarga, menahan rasa rindu dan cinta, serta rela menghadapi masalah-masalah di negeri orang.

Para Climbers menyadari bahwa mereka adalah duta bangsa, duta agama, dan duta kemanusiaan. Tiga hal yang sangat mulia yang tidak sembarang orang bisa menyandangnya. Pada Ibadah Haji 2024 ini ada 4.200 petugas yang telah menjalankan misi bangsa dengan baik. Tepat kiranya Gus Men memilih para Climbers Haji di Tanah Suci sebagai pejuang.

Sebagai penutup, penulis ingin menyebut bahwa Para Climbers Haji di Tanah Suci adalah orang-orang yang telah bertekad memuliakan manusia di atas segalanya. Sebagaimana pesan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): "Memuliakan manusia berarti memuliakan pencipta-Nya. Merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan pencipta-Nya." Wallahu a’lam bi al-shawab. ***

Tags

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top